Jumat, 07 Agustus 2009

WIstata Budaya Nusantara

Tradisi Budaya Masyarakat Penyangga Wisata Borobudur
Para penari jathilan tetap semangat meskipun diguyur hujan.
Jumat, 20 Februari 2009 | 02:15 WIB

BOROBUDUR, JAWA TENGAH, JUMAT--Kemasan yang menarik atas kegiatan tradisi budaya masyarakat sekitar Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menjadi penyangga bagi upaya pengembangan kepariwisataan kawasan itu.

"Acara tradisi budaya masyarakat yang hingga kini terus hidup dan dihidupkan menjadi pendukung bagi pengembangan wisata Borobudur," kata pengelola salah satu komunitas masyarakat Borobudur, "Warung Info Jagad Cleguk" (WIJC), Sucoro, di Borobudur, Kamis.

Tradisi budaya masyarakat, katanya, perlu mendapatkan penguatan supaya bisa berkolaborasi dalam kegiatan kepariwisataan di kawasan Candi Borobudur.

Ia menyebutkan sejumlah kegiatan tradisi tahuan masyarakat yang berlangsung di berbagai desa di sekitar candi Buddha yang terbesar di dunia itu antara lain "Ruwat Rawat Borobudur", "Sedekah Gunung", "Sedekah Punthuk Setumbu", "Ritual Gaib", "Ruwat Sengkolo", "Renungan Budaya Siwi", "Sedekah Sendang Suruh", dan "Tetesan".

Berbagai kesenian rakyat yang hingga kini masih dikembangkan masyarakat Borobudur, katanya, antara lain tarian "ndolalak", "ndayakan", "topeng ireng", "jathilan", "kuda lumping", "gatoloco", "slawatan", "kobro siswo", "strek rodat", dan "lengger".

"Mereka memperkaya budaya masyarakat Borobudur," katanya.

Sekitar enam tahun terakhir, katanya, WIJC memfasilitasi terbangunnya suatu jaringan masyarakat pedesaan sekitar Borobudur untuk menggali dan mengembangan tradisi budaya kawasan itu.

Pihaknya sedang menyiapkan rangkaian even budaya bertajuk "Gema Cita Budaya Bumi Sambhara" mulai tanggal 21 hingga 28 Februari 2009.

"Ada 25 grup kesenian rakyat yang akan menggelar pementasan di empat tempat yakni Desa Sambeng, Kebonsari, Giritengah, dan Borobudur," katanya.

Beberapa pementasan ritual dalam even itu adalah "Ritual Ondho Rante" (Borobudur), "Sedekah Kedong Winong" (Sambeng), "Sedekah Kali Bendo" (Kebonsari), dan wayang kulit (Giritengah).


JY
Sumber : Ant

Tidak ada komentar: