Senin, 10 Agustus 2009

Pengenalan Gamelan, Batik dan Wayang

Mengangkat Kembali Citra Warisan Budaya Indonesia
Pertunjukan gabungan gerak tari, teater dan musik dipersembahkan kelompok Marga Sari pimpinan Shin Nakagawa yang mengambil cerita dongeng "Momotaro" di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, Sabtu (23/8). Kelompok yang memadukan seni tradisi Jawa dan Jepang juga akan bermain di Yogyakarta dan Surabaya.
Senin, 3 November 2008 | 20:56 WIB

Oleh Desy Saputra

Indonesia sebagai negara kepulauan yang sangat luas memiliki beragam warisan budaya di berbagai wilayah dan memiliki ciri khasnya masing-masing.

Demikian banyaknya peninggalan berharga dari nenek moyang Bangsa Indonesia yang tidak dimiliki bangsa lain itu kadang membuat warisan budaya itu terabaikan dan bahkan nyaris punah ditelah derap langkah zaman yang semakin modern.

Di Kota Budaya, Solo, Jawa Tengah, kini muncul sebuah gerakan baru yang dipelopori sejumlah orang yang peduli akan pelestarian warisan budaya Indonesia khususnya Batik, Keris, Wayang, dan Gamelan.

Berkaitan dengan sebuah konferensi internasional yang digelar oleh Organisasi Kota-kota Warisan Dunia kawasan Eropa-Asia (Organization of World Heritage Cities-OWHC) di Solo pada 27-28 Oktober, sekelompok kecil orang-orang yang peduli akan pelestarian dan penjagaan warisan budaya itu menggelar ekspo dan workshop warisan budaya berupa batik, keris, wayang, dan gamelan.

Acara ini berlangsung mulai 28-31 Oktober di Halaman Pura Mangkunegaran, Solo. Slamet Raharjo, manajer ekspo, mengatakan workshop menekankan pada pentingnya pengetahuan masyarakat terhadap batik, gamelan, keris, wayang, yang merupakan peninggalan atau warisan budaya berbentuk.

"Lebih jauh lagi adalah pemahaman filosofi dan simbol-simbol yang ada di dalam benda warisan budaya itu," katanya.

Keris juga memberi inspirasi karya warisan budaya lainnya, yakni batik. Dalam visual ragam batik terdapat motif keris yang telah distilasi seperti jenis motif parang, modang, udan liris, dan lain sebagainya. Dalam dunia kesenian keris juga menjadi kelengkapan busana sekaligus senjata perang, sepeti dalam kesenian wayang orang, wayang kulit, kethoprak, dan seni tari.

"Bahkan dalam tokoh pewayangan, keris menjadi pandel atau kekuatan mengalahkan musuh," katanya.

Gamelan

Guru Besar sejarah Karawitan Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, Prof. Dr. Rustopo, S. Kar., M.S mengatakan gamelan merupakan salah satu unsur musikal pokok dalam seni karawitan. Masyarakat etnomusikologis dan praktisi seni karawitan di Barat menggunakan istilah gamelans elain tuntuk menyebut alat musik, juga untuk menunjuk budaya, pengetahuan, dan praktik karawitan.

Terkait pembuatan gamelan, Rustopo dalam tulisannya untuk panduan ekspo menjelaskan bahwa instrumen-instrumen gamelan seperti gong, bonang, saron, dibuat dari bahan logam. Teknologi pembuatan instrumen gamelan itu tampaknya diwariskan secara turun temurun hingga saat ini, yakni dengan membakar dan menempa.

Teknologi tersebut memang seolah tertinggal jauh dari zaman yang semakin modern ini, namun menurut Rustopo cara yang tradisional itu terbukti mampu menghasilkan kualitas produk yang belum tertandingi sampai sekarang.

Proses pembuatan gamelan diawali dengan menyampur dua bahan, yakni 10 bagian timah dan tiga bagian tembaga dalam keadaan cair atau panas kemudian dimasukkan cetakan awal yang disebut kowi. Setelah membeku (dingin, red), bahan dengan bentuk awal itu dipanaskan dan ditempa tahap demi tahap. Setiap penempaan, bahan itu selalu dalam keadaan panas membara.

Menurut Rustopo untuk pembuatan instrumen kecil cukup ditangani dua orang, sedangkan untuk instrumen gong yang berdiameter 90cm ditangani sedikitnya oleh empat orang.

Sekarang ini dengan adanya bantuan peralatan modern seperti "blower" atau penghembus angin, pembuatan sebuah instrumen gong dapat diselesaikan dalam waktu satu hati atau sekitar 8-9 jam kerja. Di Solo, pusat pembuatan gamelan ini terutama ada di Kecamatan Majalaban dan Kota Surakarta.

Walikota Surakarta, Joko Widodo dalam sebuah kesempatan disela-sela pelaksaaan konferensi internasional OWHC Asia-Eropa pernah mengungkapkan worksop dan ekspo semacam ini perlu untuk digalakkan di tengah kehidupan masyarakat yang semakin modern. Bukan untuk menoleh kembali ke belakang, namun warisan budaya asli Indonesia ini harus terus dijaga dan dilestarikan keberadaannya.

"Harapannya adanya kegiatan semacam ini menjadi momentum tumbuhnya kesadaran kita semua terhadap pentingnya warisan budaya bagi peradaban manusia," demikian ujar Jokowi, panggilan akrab sang walikota.



Sumber : Ant

Tidak ada komentar: