Senin, 10 Agustus 2009

Kesenian Tradisional Kapan Mendapat Perhatian lebih

Tari Klasik Minim Peminat
Senin, 2 Februari 2009 | 02:42 WIB

BANDUNG, SABTU - Tarian klasik Jawa Barat minim peminat dan jarang ditampilkan. Padahal, tarian klasik sangat kaya warisan budaya dan media baik menanamkan dasar penguasaan seni tari.

Demikian dikatakan Ketua Sanggar Tari Studio 93, Dede Sri Hartati di selasela pementasan tari klasik dan nusantara bertajuk Gurilang Parahyangan di Taman B udaya Jawa Barat di Bandung, Sabtu (31/1). Beberapa tari klasik yang dibawakan antara lain Tari Sulintang, Anjasmara, dan Kandagan.

Menurut Dede, minat masyarakat pada seni klas ik semakin berkurang. Alasannya, gerakan dalam tari klasik dianggap terlalu ketat dan kaku sehingga peminatnya pun semakin berkurang . Akibatnya, dalam berbagai kegiatan masyarakat atau upacara kesenaian tertentu, baik masyarakat atau instansi pemerintah lebih memilih mementaskan tarian kontemporer. Tarian kontemporer dianggap lebih mudah dibawakan dan akrab dengan masyarakat penikmat seni.

Ia mencontohkan beberapa tarian klasik yang jarang ditampilkan. Diantaranya Tari Jayengrana dari Sumedang. Tari ini merupakan salah satu tari kl asik yang lazim disajikan di Kasultanan Sumedang Larang. Di masa jayanya, tarian ini sakral dan tidak sembarang orang menarikannya. Hanya kalangan kasultanan atau orang-orang yang memenuhi persyaratan boleh menarikannya, seperti kewajiban puasa dan tirakat .

Selain itu ada juga Tari Sulintang yang biasa dibawakan beberapa daerah Jabar, diantaranya Bandung. Tarian ini biasa dibawakan putri keturunan ningrat Jawa Barat.

Hal ini menurut Dede sangat disayangkan. Dari sisi warisan budaya, banyak pesan penting tentang kehidupan dan rasa syukur yang coba diungkapkan tari klasik, terutama kalangan ningrat.

"Ironis. Dulu seseorang sangat bangga bila punya kesempatan belajar tari klasik. Saat ini, di saat semua bisa menarikannya, sangat sedikit masyarakat yang mempelajarinya," katanya.

Selain itu dari segi pendidikan tari, tarian klasik sangat ideal sebagai media belajar. Alasannya, dengan penekanan kuat pada dasar menari seperti gerakan kaki, tangan, atau pundak, bisa menjadi bekal baik bagi penari untuk mengembangkan banyak tarian baru.

"Bagi mereka yang ingin belajar tari kontemporer bila dasar tari kla siknya sudah baik biasanya tidak akan banyak kesulitan. Namun, bila awalnya langsung menguasai tari kontemporer biasanya akan kesulitan dan memerlukan waktu lama belajar tari klasik, " katanya.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar, Herdiawan Iing Suranta, perhatian dan apresiasi pada seni tradisi dan klasik Jabar memang harus ditingkatkan. Alasannya, semakin diabaikan maka banyak kesenaian tradisional yang akan hilang, termasuk seni tari.

Oleh karena itu, salah satu cara yang akan dilakukan Jabar dengan mengajak pemerintah daerah atau badan koordinasi wilayah di Jabar memberikan ruang bagi kesenaian tradisional untuk berkembang. Diantaranya menjadi tuan rumah pementasan seni tradisi.

"Dukungan tempat berkreasi sangat penting bagi seni tradisional. Dengan semakin sering dipentaskan pasti semakin banyak masyarakat yang akrab dan kemudian mempelajarinya, " katanya.


CHE

Tidak ada komentar: