Selasa, 28 Juli 2009

Kebangkitan Gundala 1

Hasmi, Nostalgia Kejayaan Gundala


TEKUN: Hasmi tekun menggoreskan pena gambarnya. Profil Gundala (gambar kanan). SM/Bagas


MEMBICARAKAN kejayaan komik lokal di era tahun 1970-an, tentu kita tak bisa melepaskan ingatan kepada sosok-sosok superhero Nusantara, di antaranya adalah Gundala, si putra petir. Dan kalau ingat Gundala pasti segera ingat pengarangnya, yakni Harya Suraminata atau lebih dikenal dengan nama Hasmi.

Baru-baru ini Penerbit Bumi Langit menerbitkan kembali komik pertama Gundala Putra Petir ini. Dan, tampaknya buku tentang asal-usul Gundala ini disambut antusias penyukanya.

Gundala sebenarnya adalah pemuda Sancaka, seorang ilmuwan yang menemukan serum kebal petir. Karena frustrasi ditinggal pacarnya, Minarti, Sancaka merusak penemuannya. Dalam gelap malam dan hujan lebat, dia berlari ke batas kota. Sebuah petir menyambarnya dan mengangkatnya ke langit. Dia terlempar ke hadapan Kaisar Cronz, yang kemudian mengubahnya menjadi Gundala. Tapak tangannya bisa mengeluarkan petir dan mampu berlari secepat kilat.

Ada semacam nostalgia bagi para penggemar yang pada era itu tumbuh besar berbarengan dengan masa kejayaan komik-komik lokal. Ingatan kemudian membayangkan sepak terjang Gundala bersama-sama Godam, Maza, Pangeran Mlaar, Aquanus, Labah-labah Merah membasmi berbagai kejahatan.

Dengan karya seri Gundala sebanyak 23 judul yang diciptakan antara tahun 1969 dan 1982, Hasmi telah menorehkan fenomena yang terus diingat penggemarnya. Seluruh karya Hasmi itu akan diterbitkan ulang oleh Bumi Langit. "Tapi untuk seri The Trouble dan Bentrok Jago-jago Dunia tidak bisa karena berkaitan dengan hak cipta," kata Hasmi (58) di rumahnya yang sederhana di sebuah gang di Jalan Magelang Km 4 Yogyakarta.

Maklum dalam dua judul itu Gundala dikisahkan bertemu dengan Superman, Batman, dan superhero dunia lainnya. Namun momentum penerbitannya kembali terasa pas benar dengan banyaknya tokoh superhero yang diangkat ke layar lebar, di antaranya Batman Begins, Superman, Fantastic Four, dan Spiderman. "Di Yogya memang penerbitan kembali Gundala disebut penerbitan nostalgia," kata Hasmi.

Dalam perbincangan santai dengannya, Hasmi bercerita tentang pengerjaan Gundala edisi ulang ini dan juga rencananya menghadapi selera pasar yang sudah berubah. Pasar komik sekarang memang lebih banyak dikuasai komik Jepang (manga) dan juga kartun Jepang (anime).

Perlu Prahara

Bagaimana Anda melihat peluang komik lokal untuk bangkit kembali?

Memang harus diakui, sekarang sedang terjadi "badai" manga. Kalau ingin komik lokal kembali disukai pembacanya ya harus dibikin "prahara". Nah untuk kerja semacam ini perlu orang-orang yang peduli, karena bisnis komik modalnya harus besar tapi untungnya sedikit.

Nah Penerbit Bumi Langit bercita-cita menerbitkan kembali semua karakter ciptaan saya, yakni Gundala, Maza, Jin Cartuby, Pangeran Mlaar, Merpati, Kalong, dan Sembrani.

Tapi apakah cukup untuk menjadikan komik Indonesia berjaya kembali?

Memang usaha yang dilakukan harus kontinu. Tidak bisa hanya seperti orang meludah dalam banjir. Pasti hilang. Itulah sebabnya saya sangat senang terhadap adanya lembaga seperti Komik Indonesia. Itu kumpulan para penggemar komik lokal yang sekarang kebanyakan sudah pada mapan. Jadi, bisa intens memberikan perhatian pada perkembangan komik lokal.

Apa pengaruhnya buat para komikus lawas?

Terus terang para komikus senior senang, karena ada harapan semua karakter ciptaan mereka bisa diterbitkan ulang.

Soal Gundala edisi ulang ini?

Saya memang tidak punya masternya. Jadi, ini komik lama yang discan, terus diperbaiki dalam narasinya. Soalnya kan dulu masih pakai ejaan lama (pengerjaan touch-up naskah dilakukan tim Bumi Langit, yakni Andy Wijaya, Iwan Gunawan, Surjorimba Suroto, Syamsudin, dan Toni Masdiono.) Ini juga menyiratkan Gundala menjadi sebuah kerja tim. Dan, saya ke depan tetap berperan utama dalam penampilan fisik Gundala. Dulu honornya hanya cukup untuk sendiri. Jadi, mulai sket, gambar, cover, dan cerita dikerjakan sendiri.

Dulu ide karakter Gundala dari mana?

Saya memang terpengaruh genre superhero dunia saat itu. Tapi filosofi power-nya yang berupa petir itu saya ambilkan dari tokoh legenda Ki Ageng Selo yang diceritakan bisa menangkap petir. Sementara bentuk fisik Gundala, saya meniru The Flash.

Tetapi kan ada yang khas dengan seluruh seri Gundala ini.

Memang, dulu sampai sekarang yang diingat itu adalah cerita dan adegan kocak yang khas bagi superhero lokal. Jadi, bisa saja Gundala investigasi sampai ke planet-planet lain, tetapi suatu ketika juga bisa menanyai tukang becak di Malioboro. Nah ramuan lokal yang kocak inilah yang bikin Gundala diterima pembacanya. Dialog-dialog dengan sahabatnya, Nemo, juga khas Yogyakartanan.

Kayaknya yang paling rame dan paling dikenang adalah seri Gundala Bentrok Jago-jago Dunia?

Hahaha zaman dulu kami memang buta atau tepatnya membabibuta. Pokoknya ingin bikin sensasi. Makanya Gundala ditarungkan melawan Superman, Batman, Thor, dan lain-lain. Tidak sadar kalau itu tindakan kriminal, karena memakai karakter ciptaan orang lain tanpa izin. Untuk terbitan ulang ini nanti kayaknya judul itu tidak dicetak karena berkaitan dengan hak cipta.

Wajah Nemo, sahabat Gundala, kok kayak Anda ya?

Nemo itu memang cerminan diri saya dan itu juga nama panggilan saya. Itu kayak sahabat Godam, yakni Nur Slamet yang merupakan kepanjangan dari nama pengarangnya, Wied NS atau Wied Nur Slamet. Selain itu dulu saya suka memasukkan profil rekan-rekan ke dalam komik sebagai figuran hehehe. (Dalam sebuah cerita Gundala dikisahkan menengok latihan Teater Stemka Yogya dan diperkenalkan kepada sutradaranya. "Ini, kenalkan, Mas Landung". Dan, Hasmi memang menggambar profil dramawan Yogya, Landung Simatupang).

Ke depan, apa yang akan Anda lakukan dengan Gundala ini?

Sekarang pasar memang sedang dikuasai komik Jepang. Nah kalau ingin menerbitkan Gundala dengan seri baru, harus ada pembaruan di karakter Gundala ini. Saya dan Penerbit Bumi Langit akan mengadakan angket untuk melihat respons pembaruan Gundala ini. Kami ingin membangkitkan karakter Gundala supaya lebih ngotani. Tidak terlalu ndesa.

Ini masih kemungkinan lo, mungkin saya akan bikin Gundala menghadapi krisis, lalu dia koma. Dan muncul kembali dengan kostum baru. Ini hampir sama dengan perubahan kostum Batman maupun Superman yang terus diperbarui penampilannya.

Seri Gundala

Selain Gundala Putra Petir (Kentjana Agung,1969), judul seri selanjutnya adalah Perhitungan di Planet Covox (1969). Di sini Gundala bertemu dengan Pangeran Mlaar, yang memiliki tubuh bisa melentur. Mlaar adalah putra mahkota yang terkudeta. Gundala membantu mengembalikan tahtanya. Persahabatan itu membuat Mlaar jadi sering main ke Yogyakarta.

Judul berikutnya adalah Dokumen Candi Hantu (1969), yang merupakan pemunculan pertama musuh bebuyutan Gundala, yakni Ghazul. Lalu Operasi Goa Siluman (1969), The Trouble (1969), Tantangan buat Gundala (1969), Panik (1970), Kunci Petaka (1970).

Kemudian dalam Godam vs Gundala (Prashida, 1971) dikisahkan Gundala dan Godam tanpa sengaja tertukar kostum dan kekuatan super masing-masing. Masing-masing saling menuduh mereka palsu dan terjadilah perkelahian luar biasa. Warga Yogya yang menonton jadi bingung, kedua superhero itu kok bertarung. "Mungkin mereka berebut pacar," komentar seseorang.

Setelah mengadu pada pencipta masing-masing, mereka akhirnya bisa balik normal kembali. Kemudian Gudala juga hadir dalam Bentrok Jago-jago Dunia (Prashida, 1971), Gundala Jatuh Cinta (1972), Bernapas dalam Lumpur (1973), Gundala Cuci Nama (1974), 1.000 Pendekar (1974), Dr Jaka dan Ki Wilawuk (1975), Gundala sampai Ajal (1976).

Dalam Pangkalan Pemusnah Bumi (1977), Gundala diceritakan bertemu untuk pertama kali dengan calon istrinya. Kemudian berikutnya terbit Pengantin buat Gundala (1977), Bulan Madu di Planet Kuning (1978), Lembah Tanah Kudus (1979), Gundala Sang Senapati (1979), Istana Pelari (1980), dan terakhir Surat dari Akherat (1982).

Yang menarik kisah-kisah Gundala terkadang merupakan cerminan kisah hidup Hasmi. Dalam Gundala Jatuh Cinta digambarkan cinta Sancaka kepada Cakti, mahasiswi semester 2 ABA, anak kos asal Pasuruan Jatim. Namun Cakti menolak cintanya, sehingga Sancaka patah hati dan limbung. "Hahaha itu refleksi kegagalan cinta saya," kata Hasmi.

Dalam Pengantin buat Gundala maunya Hasmi yang lahir 25 Desember 1946 ini mencurahkan keinginannya untuk segera kawin. Tetapi ternyata jodohnya baru diberikan Tuhan dua tahun lalu. "Saya menikah sudah kepala lima," katanya. (Bagas Pratomo-46t)Suara Merdeka, 21 Juli 2005

Wisata Panorama Dinasti Sanjaya

Dieng, Bulan Madu Menikmati Candi
Senin, 28 Juli 2008 | 17:31 WIB

DIENG, MINGGU - Situs kompleks percandian Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (28/7) ramai dikunjungi wisatawan nusantara dan mancanegara, menyusul selesai dipugarnya Candi Arjuna. Berbagai atraksi kesenian tradisional masyarakat setempat ditampilkan. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik yang datang untuk meresmikan Museum Kailasa dan Candi Arjuna setelah dipugar sejak 2006 lalu, menyatakan kekagumannya akan keindahan alam kawasan dataran tinggi Dieng yang berhawa sejuk.

"Kawasan wisata ini menarik untuk jadi wisata bulan madu, karena sepi dan dingin. Orang Jepang dan Korea senang tempat seperti ini untuk menikmati bulan madunya. Saya saja berpikir, kapan bisa bulan madu kedua di Dieng," katanya.

Dataran tinggi Dieng berada pada ketinggian 2.000 - 2,500 mdpl, terkenal karena tinggalan purbakala dan pemandangan alamnya. Sampai saat ini terdapat 22 prasasti berbahasa Jawa Kuno yang berisi gambaran Dieng sebagai pusat kegiatan religius. Dieng semula merupakan gunung berapi yang meletus dengan dahsyat, dan menyebabkan puncaknya hancur. Dataran terbentuk dari kawah gunung yang telah mati kemudian jadi danau dan dikeringkan untuk kegiatan agama Hindu.

Abad ke VIII sampai XII Masehi, dibangun candi-candi. Situs kompleks percandian Dieng seluas 900.000 meter persegi terdiri dari kompleks Candi Arjuna, Candi Dwarawati, Candi Gatot Kaca, dan Candi Bima. Kompleks Candi Arjuna terdiri dari Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra.

Jero Wacik menjelaskan, kawasan percandian Dieng dikembangkan atas perintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sebagai tempat tujuan wisata, bukan hanya kompleks percandian Dieng yang menarik untuk dinikmati, tetapi juga keindahan alam dan sejuknya hawa pegunungan, serta wisata alam dengan empat buah telaga.

"Sekarang dilengkapi dengan Museum Kailasa, yang memberikan informasi tentang kepurbakalaan di dataran tinggi Dieng. Di museum ada temuan-temuan lepas yang sangat bernilai, arca khas Dieng seperti arca Siwa Trisirah dan Siwanandisawahanamurti. Benda-benda purba itu bukan tidak ada makna, tapi punya filosofi dan pemahaman akan nilai luhur," paparnya.

Menurut Jero Wacik, pemahaman ini diharapkan dapat mengubah sikap masyarakat khususnya generasi muda dalam memandang arti pelestarian dan pemanfaatan benda cagar budaya, situs, dan kawasan. Juga bagi masyarakat sekitar Dieng agar dapat terlibat secara aktif dalam pelestarian dan pemanfaatan warisan budaya setempat.



Jumat, 17 Juli 2009

SUPERHERO INDONESIA

Link

SUPERHERO INDONESIA

Link

Kapan Legowo dan Dewoso... Oh Wongsoku ?

Kapan kita Dewasa .... kalau kita ribut terus ?
DPT ganda, Fiktif, di bawah umur, udah meninggal, kartu udah tercontreng ?.... ributnya bukan main...
Maaf bapak-bapak Tim Sukses PilPres (yang kalah) yang cerdik nan pandai... saya orang bodoh bukan politik pula....tapi setidaknya saya netral ... . mari coba kita cermati....
DPT Ganda.... apa ya mungkin mereka dikasih 2 undangan...? apa nggak ada saksi atau pengawas termasuk anda yang ada di lapangan hingga mereka bisa nyoblos 2 X ? Gimana kalau yang ganda itu malah menguntungkan calon pasangan anda ? dan berapa % sih ?
DPT Fiktif.... ? Ini berapa banyak ?... Berapa % ?
DPT di bawah umur... apa ya mungkin mereka di kasih undangan...? kalau ya mereka datang ke KPS apa saksi-2 akan diem aja...? Kalau dikhawatirkan diganti Lha apa semua para tetangganya udah pasti ngebiarin ? Dan para KPPS apa buta... ndak ngelihat undangan dan orangnya... Mereka kan kenal orang-orangnya yang di satu kampung ? DPT udah meninggal.... Na... ini seru... kalau banyak lebih seru lagi... karena pasti para Tim sukses itu pada ketakutan.... ngebayangin mereka yang udah mati itu pada Bangkit dari Kuburnya... untuk ikut nyontreng di TPS.... Whuaaa.... takuuut... !!!! Kalau ini saya lebih terima .....kalau daftar yang udah meninggal dipermasalahin dengan alasan.... nakutin orang-orang . Mbok biarin ajalah paaaaak....pak, ngapain dipermasalahin ???!!!!!!!!
Kartu Udah tercontreng.... Ini lagi dipermasalahin !!!.... apa ya udah pasti itu ulah tim atau simpatisan SBY ?.... apa ndak mungkin ada orang iseng,... waktu ada proyek melipat kertas?,...Atau ada orang sengaja menjelekkan SBY-Budiono, agar dipermasalahin... atau emang biar KPU diributin.... biar gak sah hasilnya.... karena udah bisa diramal siapa bakal jadi pemenang ?..... Berapa banyak sih pak... yang udah di contreng ... ada 0,1 % ????!!!!
Marilah kita dewasa.... Rakyat udah capek denger para tim Sukses ngomel-2 !
Jul 14, '09 4:35 AM
for everyone

Kenapa ya Bom Meledak Lagi di Kuningan ?

Terus terang orang -orang seperti kita ini nggak bisa menyelami jalan pikiran para pengebom ...bukankah yang banyak terkena Bom adalah orang-orang tidak berdosa,...mereka yang ngebom selalu berdalih bahwa... yang ikut jadi korban adalah memang takdirnya... dan sudah pasti masuk surga... Masya Allah...!!!!
Semoga dengan kejadian ini Pariwisata kita nggak terganggu,... sebab Pariwisata sudah jadi no 2 penyumbang Devisa,... Kalau terganggu ... aduh pertumbuhan ekonomi akan lamban lagi dan masyarakat umum yang akan menerima dampaknya.... Semoga kita semua diampuni oleh Tuhan yang Maha Esa...