Selasa, 06 Oktober 2009

Suatu Ketika Kehidpan pak Hasmi

[ Rabu, 30 September 2009 ]
Hasmi, sang Pencipta Gundala; Dulu dan Sekarang
Ngurus Anak, Tak Lagi Kuat Bikin Komik

Tokoh Gundala pernah difilmkan pada 1981. Untuk pembuatan film itu, Hasmi mengatakan mendapat uang Rp 1,5 juta. Uang itu kini seakan tak berbekas. Dan, Hasmi pun sekarang sehari-hari bekerja serabutan.



KETIKA kali pertama membuat komik Gundala pada 1969, Hasmi sama sekali tidak berpikiran bahwa komiknya itu bakal difilmkan. Dia menyadari, tidak mudah dan tidak murah membuat film superhero. Apalagi, dunia pem�buatan film di Indonesia sa�at itu belum se�canggih di Ame��rika yang sudah biasa membuat film-film superhero. Saat Gundala kali pertama difilmkan pada 1981, Hasmi tidak terlibat dalam pembuatannya.

Sebagai penulis asli cerita superhero Gundala, Hasmi hanya dimintai saran dan pertimbangan tentang plot cerita awal Gundala. Namun, pengembangannya diserahkan kepada penulis skenario. ''Saya hanya ditanya-tanya soal Gundala. Seperti apa karakternya dan bagaimana latar belakangnya. Setelah itu, saya murni penonton, tidak terlibat di dalamnya,'' ujarnya kepada Radar Jogja (Jawa Pos Group) kemarin (29/9).

Selama syuting Gundala di Jakarta, Has�mi diundang untuk melihat pembuatannya. Tak heran, dia akhirnya de�kat dengan pemeran Gundala, Teddy Purba. Mengenai film Gundala yang sudah diproduksi, Hasmi beropini secara objektif. Karakter Gundala dari segi cerita secara umum memang dirasa Hasmi sesuai dengan imajinasinya.

Namun, sayang, teknologi yang digunakan saat itu sangat tidak memadai. ''Misalnya, membuat adegan ledakan atau pertarungan. Saya mengakui, saat itu teknologi kita belum bisa untuk membuat film superhero. Jadi, secara tek�nis masih sangat jelek,'' katanya.

Sebelum film Gundala diproduksi, Hasmi mendapat sejumlah uang sebagai hak beli pembuatan film Gundala. PT Can�cer Mas Film (pembuat film Gundala) memberikan uang Rp 750 ribu pa�da 1977. ''Uang itu untuk kontrak selama dua tahun. Memang, rencananya, Gundala akan dibuat dalam kurun waktu 1977-1978,'' tuturnya. Namun, ternyata proses mempersiapkan pembuatan film molor se�hingga Gundala the Movie tidak bisa dibuat dalam waktu dua tahun.

Karena itu, PT Cancer Mas Film memperbarui kontrak dengan Hasmi. Pada 1978, Hasmi mendapat Rp 750 untuk perpanjangan kontrak.

''Akhirnya Gundala dibuat dua tahun setelah 1978. Kemudian, dikenalkan kepada penonton pada 1981,'' jelasnya.

Selain uang Rp 1,5 juta tersebut, Hasmi menyatakan tidak mendapatkan royalti dari film Gundala yang dibuat. ''Totalnya ya itu tadi, Rp 1,5 juta, dalam waktu empat tahun,'' tambahnya.

Saat ini Hasmi bekerja serabutan, mes�ki masih aktif berkesenian. Di antaranya, beberapa kali dia ikut bermain untuk sinetron dan FTV. Selain itu, dia terdaftar sebagai art manager PT Bumi Langit, perusahaan yang memegang hak cipta Gundala. ''Belum lama ini film televisi Ada Cinta di Stasiun Tugu diputar. Di situ saya berperan sebagai bapak. Beberapa perusahaan pembuat film kadang masih menghubungi saya. Tapi, peran saya terbatas menjadi bapak-bapak saja karena memang sudah tua,'' paparnya tergelak.

Meski begitu, Hasmi mengatakan, kesibukan utamanya ialah mengasuh kedua putrinya. ''Kegiatan berkesenian jalan terus, tapi tidak intens seperti dulu. Untuk membuat komik saja, frekuensinya sudah jauh berkurang. Pekerjaan utama saya sekarang ngurus anak,'' jawabnya. (luf/jpnn/kum)

---

Sekilas tentang Gundala

- Muncul pertama dalam komik Gundala Putra Petir pada 1969.

- Pencipta: Harya Sura Minata.

- Lokasi cerita sering digambarkan di Kota Jogja

- Pada 1982, Gundala difilmkan. Setting cerita dibuat di Jakarta.

- Gundala termasuk karakter komik yang cukup populer di Indonesia selain Si Buta dari Gua Hantu, Panji Tengkorak, dan Godam.

Cerita singkat:

Sancaka, seorang peneliti genius, menemukan serum antipetir. Suatu hari, ketika sedang berlari di tengah suasana hujan deras, dia disambar petir hingga pingsan. Saat itu, dia ditarik oleh suatu kekuatan dari planet lain, yakni Kerajaan Petir. Di tempat tersebut, dia diangkat sebagai anak oleh Kaisar Kronz, raja di Kerajaan Petir. Sancaka kemudian diberi kekuatan super, yaitu mampu memancarkan geledek dari telapak tangannya. Raja Taifun dari Kerajaan Bayu memberi dia kekuatan lari secepat angin. Sejak itu, Sancaka tampil sebagai Gundala. Kemampuan supernya digunakan untuk menumpas kejahatan.

Teman Gundala:

Godam, Aquanus, Maza, Tira, Merpati, Boga, Kalong, Jin Kartubi, Sembrani, Pangeran Mlaar.

Musuh Gundala:

Ghazul, Pengkor, Ki Wilawuk, dan Athon.

Minggu, 04 Oktober 2009

Kapan Bangsaku Mau Maju ?

Belum Apa-apa, Tommy Soeharto Sudah Dicalonkan sebagai Presiden
Putra mantan Presiden Soeharto, Hutomo Mandala Putra, menyampaikan visi dan misinya saat mendeklarasikan diri sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar di Gedung Granadi, Jakarta, Kamis (10/9). Pemilihan ketua umum akan dilaksanakan pada Musyawarah Nasional Partai Golkar di Pekan Baru, Riau, pada 4 Oktober mendatang.
Jumat, 11 September 2009 | 03:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Belum resmi calon ketua umum Partai Golkar periode 2009-2014 Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto terpilih memimpin partai berlambang pohon beringin, ternyata sudah ada suara yang menghendakinya maju sebagai calon presiden pada Pemilu 2014. Hal tersebut misalnya disampaikan oleh Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Daerah (DPD) Maluku Tengah Agustinus Rarsina pada acara silaturahmi dan buka bersama jajaran petinggi DPD tingkat provinsi dan kabupaten/kota, Kamis (10/9) di Gedung Granadi, Jakarta.

"Kita harapkan pada tahun 2014, Bung Tommy bisa jadi calon presiden RI," pekik Agustinus begitu diberikan kesempatan untuk bersuara. Hal ini langsung disambut tepuk tangan oleh sebagian tamu dan undangan yang hadir.

Agustinus menambahkan, "Kami percaya dengan sungguh-sungguh pernyataan (deklarasi) Bung Tommy (untuk memajukan Golkar). Semoga Bung Tommy diberkati Allah."

Beberapa petinggi DPD lainnya juga tidak ketinggalan menunjukkan dukungannya kepada putra bungsu Presiden HM Soeharto tersebut. "Saya siap mendukung dan memfasilitasi Pak Tommy menjadi ketua umum Partai Golkar," ujar Ketua DPD Sukoharjo Rusmanto.

Mendengarkan dukungan-dukungan dari sekian DPD yang hadir sore itu, Tommy Soeharto, yang pernah divonis penjara selama 15 tahun terkait kasus penembakan terhadap hakim agung Syafiuddin Kartasasmita, hanya tersenyum. Namun dirinya mengakui, tentang usulan pencalonan diri sebagai presiden terlalu dini.

Menurut Tommy, dirinya hendak fokus kepada Musyawarah Nasional ke-VIII Partai Golkar yang berlangsung di Pekanbaru, Riau, pada tanggal 4-7 Oktober mendatang. Tommy, pada kesempatan tersebut, berharap masa lalunya tidak akan mengganjal pencalonannya sebagai ketua umum Partai Golkar, yang saat ini tengah diemban oleh M Jusuf Kalla.

"Kita ini negara hukum. Semua ini saya serahkan kepada DPD untuk menilai, apakah (vonis penjara) itu dipolitisir atau tidak," imbuhnya. Sementara itu, menanggapi rencana Jaksa Agung Hendarman Supandji yang akan mengajukan peninjauan kembali terkait kalahnya pemerintah Indonesia di Guernsey, Inggris, dalam perkara uangnya di rekening Garnet Investment Limited di Banque Nationale de Paris dan Paribas cabang Guernsey, Tommy yakin pemerintah akan gagal.

Kemenangan, kata Tommy, tinggal masalah waktu saja. "Kita harapkan Kejaksaan Agung, ke depannya, lebih mengetahui hukum. Di Inggris tidak mengenal istilah peninjauan kembali," ujarnya.